Wednesday, July 25, 2007

[AL-ISLAM] Matematika Pergunjingan (sebuah renungan)

Matematika Pergunjingan

"Janganlah bergunjing," demikian pesan khatib Jumat mengingatkan semua hadirin. Sebab, bergunjing itu membawa kepada keburukan, bukan kebaikan.

Semua ini tentu bukan isu baru dan semua telah tahu. Ia dilarang oleh agama, karena esensi agama selalu berlandaskan ajaran kebaikan. Katakanlah yang baik, demikian yang semestinya. Walaupun dalam kehidupan, mengatakan yang buruk justru terjadi lebih sering.

Sebetulnya apakah bergunjing itu? Marilah kita ulas sedikit. Definisinya yang paling umum tentu membicarakan keburukan atau hal-hal buruk dari seseorang dengan orang lain di belakang. Tema dasarnya adalah hal buruk, bukan yang baik. Celakanya, seperti juga diktum wajib dunia pers bahwa "bad news is good news", hal-hal buruk seseorang itu selalu menimbulkan kegatalan untuk segera pula diketuktularkan kepada yang lain.

Diagram pergunjingan bermula dengan si A dan si B mengutak-utik hal buruk dari si C. Hal buruk itu pun bisa saja benar, bahwa memang sebuah aib, sesuatu yang kurang baik. Namun, ia pun bisa saja sebatas duga-duga, sebuah persangkaan buruk terhadap si C.

Sayangnya, dalam matematika pergunjingan, apabila dasarnya adalah prasangka, maka variabel turunan yang menjadi bumbu kombinasi pun beragam: apakah sikap melebih-lebihkan yang tak baik, mengada-adakan dusta, memancing fitnah, menajamkan benci dan banyak lagi. Pergunjingan dapat memperanakpinakkan berbagai keburukan, termasuk permusuhan.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah bahwa pergunjingan itu seperti rasa gatal---yang selalu minta digaruk tak henti-hentinya. Semakin digaruk, semakin enak. Maka, setelah si A dan B selesai, maka selanjutnya mereka akan dipancing gatal nafsu untuk memperlebar jaring garukan dengan menyampaikan kembali kepada si D dan si E. Apabila pihak-pihak yang telah terlibat konsisten meneruskan perkelipatannya, maka tak akan terlalu lama bagi semua orang untuk tahu: Tentang keburukan si C.

Tentu saja yang paling mengkhawatirkan apabila masing-masing partisipan pun aktif menambahkan bumbu kombinasi sesuai selera masing-masing. Yang jelas, ketika informasi hal buruk si C sampai ke orang paling akhir, maka tak lagi jelas sekecil apa porsi kebenaran dan sebesar apa kebohongan.

Memang, kalau permainan pesan berantai yang diikuti 5 orang dijadikan bandingan, misalnya, informasi akhir yang sampai pada orang ke-5 tidak harus dalam pola 1+4, bahwa informasi awal tetap hadir ditambah dengan informasi-informasi lainnya. Boleh jadi, yang diterima peserta ke-5 justru informasi yang sama sekali tidak berkaitan.

Artinya, dalam jaringan pergunjingan, sangat mungkin bahwa si C yang disebut-sebut aibnya mendapat fitnah kejam yang tak ada kebenarannya secuil pun.

"Janganlah bergunjing," demikian pesan khatib pada Jumat ini, mengingatkan semua hadirin. Dan sang khatib sangat benar, karena tak ada kebaikan di dalam pergunjingan itu.

Barangkali, ketika sampai juga ke kita tentang keburukan seseorang, marilah belajar memutuskan rantainya---dengan menutupkan telinga dan mendoakan kebaikan baginya. Jika ini bisa kita lakukan dan ketika kita yang ternyata dicoba pada posisi si C, moga-moga doa kebaikan pulalah yang akan kita terima.

Bahkan bertambah. Lantas dunia pun menjadi berkah.


Semoga Bermanfaat
---Love and Peace---
Kau tidak menyia-nyiakan waktu,
ketika kau menikmati saat menyia-nyiakannya...



Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, when.

No comments:

Post a Comment